LMND BOGOR

Liga Mahasiswa Nasoinal Untuk Demokrasi Eksekutif Kabupaten Bogor

  • Wednesday, August 21, 2019

    Membangun Basis Massa Progresif Revolusioner

    LMND Bogor - Pasang surut kaderisasi organisasi gerakan mahasiswa, yang termanifestasi dalam proses kaderisasi formal yang dilakukan terlihat sekali bahwa hampir setiap organasisasi kader mahasiswa di berbagai kota, selama ini sangat bergantung pada momentum yang ada. Setiap ada momentum orientasi mahasiswa baru biasanya kaderisasi akan berjalan, namun ketika tidak ada momentum maka kaderisasi akan kembali surut. Kemandegan ini disebabkan adalah kesalahan cara pandang gerakan dalam menempatkan prioritas kerja organisasi. Roda gerak sebuah organisasi haruslah meletakkan prioritas utamanya pada pembangunan basis, Seluruh aktifitas baik aktifitas sekretariat dan aktifitas panggung lainnya (diskusi besar/kecil dan bahkan aksi-aksi massa yang dilakukan) harus juga dimaknai sebagai pembangunan basis. Apabila pembangunan basis tidak dilakukan maka organisasi mudah sekali menjadi elitis, jauh dari massa dan jelas akan mudah mengalami kemandekan. Pembangunan basis adalah perwujudan konkret dari kepemimpinan dalam suatu wilayah kampus.

    Jangan sekedar bergantung pada momentum
    Momentum memang sangat membantu dalam memobilisir mahasiswa baru untuk direkrut menjadi anggota. Namun ketergantungan terhadap momentum saja yang ada hanya akan membuat kaderisasi menjadi statis dan mandeg. Hal ini tentu akan menghambat tercapainya perjuangan dalam gerakan mahasiswa. Oleh karena itu setiap momentum yang ada harus dioptimalkan secara maksimal dengan langkah-langkah pengorganisiran massa yang disiplin, terencana, terarah dan jelas dalam pelaksanaanya.
    Pengorganisiran massa agar menjadi kekuatan kaderisasi yang masiv adalah pekerjaan membangun massa sadar yang terorganisir dan berkekuatan. Makna massa sadar harus dilihat dalam dua pengertian: pertama, secara kognitif (kesadarannya) dan kedua, secara politik (tindakannya untuk berjuang). Massa sadar yang bertindak sebagai atau dalam pengertian kader, adalah massa maju yang berjuang membangkitkan dan berjuang bersama massa mahasiswa yang lain. Kader menjadi bagian dari setiap gerakan massa, memajukan politik perlawanan tersebut, dan terus memperluas/memperbanyak massa maju atau kader lainnya di antara massa berlawan tersebut. Di sinilah pengertian kader sesungguhnya, sebagai kader revolusioner, yaitu selalu tidak pernah dan tidak bisa dipisahkan dari perjuangan massa—sehingga berbeda dengan aktifis salon (menara gading) (yang tidak berada di tengah massa berjuang), ataupun pekerja sosial (yang tidak untuk memajukan massa (secara kognitif dan tindakan).
    Pengertian kader dan pengorganisiran massa sebagaimana dijelaskan di atas adalah pengertian yang sekaligus menjawab pertanyaan: bagaimana kader tumbuh bersama kesadaran massa (yang masih masih reformis) dan memajukannya (menjadi revolusioner), sehingga batas kesadaran kader dengan kesadaran massa semakin menipis?
    Oleh karenanya perjuangan kognitif (kesadaran) harus disatukan dengan tindakan perjuangannya/perwujudannya. Dan agar kesadaran lebih mudah dapat didorong menjadi tindakan perjuangannya/perwujudannya, maka kita bisa berangkat dari persoalan mendesak mahasiswa umumnya mahasiswa baru khususnya, dari tuntutan-tuntutan darurat mahasiswa itu, dari persoalan yang kasat mata dilihat dan dihadapi mahasiswa.
    Kesadaran akan tuntutan reformis tersebut didorong (baca: diorganisir) menjadi tindakan (baca: mobilisasi) politik massa (yang meluas, membesar dan menguat) dalam memperjuangkan tuntutan-tuntuannya  (ekonomis sekalipun), berupa mobilisasi-mobilisasi massa yang menuntut.
    Strategi dan Manajemen Pencitraan
    Salah satu aspek penting dalam perjuangan dalam memperjuangkan gagasan serta mendapatkan pengikut adalah dengan menggunakan cara – cara persuasi dan manajemen pencitraan yang baik. Dalam The Persuasive Campaign or Movement yang merupakan salah satu sub judul buku persuasion, reception and responsibility, Larson membagi model kampanye atau sosialisasi gagasan dalam tiga mode :
    1. Kampanye yang beorientasi terhadap isu poloitik
    2. Kampanye produk sebagaimana iklan sebuah produk
    3. Kampanye isu – isu ideologis atau perjuangan gerakan sosial. (Larson, 1986; 200 – 201)
    Berkaca pada konsep ini, kampanye yang dilakukan LMND dalam memperjuangkan gerakan kerakyatan dengan nasionalisme dan gerakan sosial di akar rumput bisa dikategorikan dalam sebagai kampanye perjuangan ideologis.
    Bagaimana Caranya?
             I.            Investigasi
    Investigasi adalah pekerjaan pencarian data tentang karakter massa (baik seara ekonomi, politik maupun budaya), apakah itu secara teritorial ataupun secara sektoral.  Selain di teritori basis yang sudah kita organisir, sasaran/arah teritori atau sektor yang akan diinvestigasi diperoleh dari rekomendasi sahabat-sahabat yang bekerja dalam pekerjaan perluasan, dari analisa geopolitik dan sebagainya. Dua masalah yang hendak diketahui dalam investigasi adalah: 1) kebutuhan-kebutuhan/persoalan-persoalan ekonomi (atau yang lainnya) yang sangat mendesak bagi mahasiswa baru. Tujuannya agar mahasiswa baru mau masuk dalam mimbar/wadah kita. 2) mengetahui apakah mereka mau melawan/berjuang atau tidak atas persoalan mendesak tersebut; 3) mengapa mereka mau atau tidak mau berjuang untuk mengatasi persoalan-persoalannya sendiri.
          II.            Penyadaran
    Tahap kedua adalah penyadaran atau sering disebut tahap agitasi-propaganda. Dalam program pengorganisiran massa, tahap kedua ini merupakan pekerjaan yang paling banyak porsi waktunya. Karena dalam tahap inilah kesimpulan investigasi diolah, agar diketahui akar masalah mengapa massa tak sanggup berjuang, bagaimana mengobatinya agar betul-betul sanggup memperjuangkan persoalannya, dan mengerti kemenangan sejati yang harus dicapai.
    Tahapan Penyadaran :
    a.       Penyadaran tentang tuntutan yang mendesak dan yang sejati
    b.      Penyadaran tentang cara berjuang (dalam arah revolusi)
       III.            Mobilisasi
    Pada tahap ini, kembali dijelaskan rencana mobilisasi (beserta rincian tuntutan, sasaran dan lain sebagainya) dan ditanyakan kesanggupannya untuk terlibat dalam organisasi pergerakan. Kesanggupan tersebut merupakan kreteria (tolak ukur) keberhasilan pekerjaan TAHAP I (INVESTIGASI) dan TAHAP II (PENYADARAN). Begitulah kita mengukur penerimaan massa terhadap rencana program pengorganisiran massa. Dalam TAHAP III (MOBILISASI), setiap harinya harus ada (organiser) yang selalu memobilisasi massa untuk ikut bergabung dalam organisasi pergerakan yakni LMND.
    Dalam menjalankan proses pengorganisiran massa ini tidak boleh ada keterputusan antar suatu proses dengan proses yang lainnya, karena antara satu dengan yang lainnya saling terkait, dan proses tersebut akan berjalan terus menerus. Skema ini paling tidak memeberikan sedikit gambaran kepada kita bagaimana cara pengakaderan LMND.

    Bung Freg

    No comments:

    Post a Comment