Mengenal LMND
Apakah
LMND itu?
LMND atau Liga Mahasiswa Nasional untuk
Demokrasi adalah sebuah organisasi politik ekstrakampus skala nasional
berbentuk Liga yang dibentuk pada tanggal 9-11 Juli 1999 di Bogor oleh 20
komite aksi mahasiswa yang aktif dalam proses Reformasi. Seiring perkembangan
dialektika antara situasi ekonomi politik nasional dan situasi internal
organisasi, sampai saat ini LMND telah berhasil meluas dan hadir di 25 provinsi
dan lebih dari 100 kota.
Apa tujuan LMND didirikan dan bagaimana
perjalanan organisasinya?
Seperti
digariskan pada AD/ART-nya, LMND bertujuan untuk menghancurkan sistem yang menindas hak-hak
rakyat untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis, berkeadilan
sosial dan berkedaulatan rakyat.
Begitulah yang
terumus di garis organisasi. Sedangkan perjalanan organisasinya adalah sebagai
berikut: LMND pada awalnya didirikan pada tahun 1999 sebagai respon
komite-komite aksi mahasiswa yang progresif dan radikal terhadap kegagalan
proses Reformasi menjawab tuntutan rakyat pada saat itu, yaitu: pembentukan
pemerintahan persatuan rakyat dan pengenyahan sisa Orde Baru (Dwi Fungsi ABRI
dan Golkar). Konsisten dengan garis perjuangan anti-Orde Baru-nya, pada tahun
2001 LMND memberikan dukungan penuh pada tindakan demokratik Presiden
Abdurachman Wahid (Gus Dur) untuk menyapu habis sisa-sisa Orde Baru yang masih
menggeliat gelepar. Saat itu, bersama kelompok pro-Gus Dur lainnya, LMND harus
berhadapan dengan koalisi besar yang anti Gus Dur- sebuah koalisi taktis dari
elemen reaksioner sisa Orde Baru (Militer, Golkar, PPP) dan sebagian elemen
yang mendapat keuntungan dari proses Reformasi seperti PDIP, PAN, PKS, dll.
Saat itu, karena keraguan-raguan Gus Dur, koalisi yang dimotori oleh Orde Baru
menang dan Gus Dur terguling. Kemudian, naiklah Megawati Sukarnoputri (PDIP)
dan Hamzah Haz (PPP) sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Seiring itu, dimulai
pula restrukturisasi sisa kekuatan Orde Baru dan penerapan proyek
neoliberalisme di Indonesia.
Bagi LMND,
kegagalan perjuangan untuk kedua kalinya ( tergulingnya Gus Dur dan bangkit
kembalinya kekuatan Orde Baru) tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus
membela rakyat tertindas. Kenaikan BBM lebih beberapa kali pada masa Rezim
Mega-Hamzah telah semakin menyengsarakan
rakyat yang belum pulih ‘luka’ ekonominya paska krisis moneter tahun 1997.
Digadaikannya beberapa perusahaan negara (yang strategis) kepada pemodal asing,
sebagai syarat pendaftaran menjadi mandor bagi imperialisme asing, telah
melukai kemandirian dan kedaulatan bangsa kita. Juga tidak boleh lupa soal
hadiah proyek DOM Aceh bagi militer fasis yang telah mencederai kemanusiaan di
Tanah Rencong. Maka, sudah menjadi keharusan sejarah bagi LMND bahwa: Rezim
Mega-Hamzah, gabungan antara kekuatan yang pro imperialis asing dan sisa Orde
Baru, harus dilawan meski harus bersimbah darah di jalanan dan keluar masuk
penjara.
Di tengah
sengit perlawanannya terhadap Rezim yang ada, dengan pertimbangan
ekonomi-politik yang tajam, pada tahun 2003 LMND berani mengambil tindakan
politik yang berbeda dari kegamangan umum Gerakan Mahasiswa (yang masih disekap jargon Moral Force maupun Social Movement) saat itu, yaitu: bertemu dan berdiskusi dengan
gerakan lintas sektoral (tani, buruh, kaum miskin kota) yang progresif lain,
sampai menghasilkan keputusan politik untuk bersama-sama saling membahu,
membentuk sebuah partai politik elektoral ber-platform kerakyatan untuk mersepon Pemilu Parlemen 2004. Nama
persatuan mereka saat itu adalah Partai Oposisi Rakyat (POPOR). Meski gagal
akibat sempitnya waktu untuk memenuhi verifikasi pemilu (hanya sekitar 3
bulan), tindakan tersebut telah LMND anggap tepat sebagai sebuah taktik politik
‘termungkin’ pada saat itu.
Kemenangan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), seorang mantan petinggi militer Angkatan Darat
yang sempat dididik di Amerika, dan
Jusuf Kalla (JK), salah satu pengusaha kaya Golkar, pada ajang Pemilu Presiden
2004 dan kemenangan Partai Golkar di Pemilu DPR-RI 2004, dipandang LMND sebagai
bangkitnya Orde Baru berjubah anyar: neoliberalisme. Sah sudah mereka berdua
sebagai mandor barunya imperialisme, mengalahkan gerbong elit politik pengusaha
Mega-Hasyim (yang sempat membeli tiket pendaftaran saat berkesempatan menjadi
rezim), Wiranto-Solahuddin Wahid, dan pasangan kaum borjuis lainnya. Naiknya
rezim neoliberal SBY-JK tahun 2004 pun tak luput direspon seluruh struktur LMND
di Indonesia dengan turun ke jalan. Dan terbukti benarlah pandangan LMND
terhadap watak rezim yang baru ini: selama perjalanan kekuasaannya, SBY-JK
setia memaksakan kebijakan-kebijakan neoliberal, yang memiskinkan dan
mengadaikan kesejahteraan rakyat, meski penolakan di tingkat parlemen maupun di
kalangan gerakan massa (akar rumput) dan mahasiswa cukup luas.
Tahun 2006
sampai 2007: Dengan pertimbangan untuk memenuhi amanat Strategi dan Taktik
Kongres IV LMND untuk intervensi ajang elektoral 2009, juga setelah memandang tidak terlalu
berbedanya situasi ekonomi politik bangsa, LMND mengulang taktik politik
parlementariannya dengan sebuah semangat yang baru, yaitu: Pembebasan Nasional
dari Imperialisme. Nama partai yang dibentuk LMND adalah Partai Persatuan
Pembebasan Nasional (Papernas). Ya, LMND adalah salah satu organisasi
pembentuk, yang kemudian mengikrarkan diri sebagai salah satu tiang penunjang
(underbow) partai politik elektoral tersebut.
Bukti kebenaran
dari taktik politik yang dipilih oleh LMND adalah telah semakin luasnya
sentimen anti penjajahan asing, baik dari kalangan elit politik maupun gerakan,
sedangkan pada saat yang sama kesadaran mayoritas massa rakyat masih elektoral.
Sekarang tinggal mengolahnya dalam baskom panggung politik yang terbuka ‘agak’
lebar: Pemilu Parlemen dan Presiden tahun 2009. Partai mereka adalah Papernas
dan Calon Presiden mereka adalah Dita Indah Sari- karena bagaimanapun rakyat
perlu simbol perlawanan dan kemanusiaan. Mengingat begitu banyak pembantaian
antar sesama (horizontal) selama kurun waktu empat dasawarsa, maupun begitu
dalamnya penghisapan imperialisme terhadap kekayaan alam kita pada kurun waktu
yang sama pula.
Memang kira-kira yang akan LMND
(Papernas) lakukan saat di parlemen nanti?
Jika ada
kebakaran di jalan-jalan raya, tapi semua orang tidak ada yang keluar karena
asik menonton TV, apa yang kira-kira akan kita lakukan? Apa kita akan menggedor
rumah mereka satu persatu-persatu baru mengajaknya ikut memadamkan api? Tidak.
Seluruh program kerakyatan dan pembebasan nasional LMND akan muncul di TV-TV
semua orang itu. Perwakilan-perwakilan (yang dipilih secara demokratik dan
terikat mekanisme recall fleksibel)
Papernas, mungkin salah satu anggota LMND, akan berorasi pada setiap datangnya
sidang maupun rapat-rapat terbatas; mengagitasi rakyat dengan program-program
kerakyatan dan pembebasan nasional maupun dengan pernyataan-pernyataan sikap
politik yang kritis, ilmiah dan progresif. Sementara itu di luar gedung
parlemen, LMND sebagai sebuah ‘iiga’ akan terus berjuang meraih dukungan
seluruh rakyat dan spektrum gerakan politik di dalam maupun di luar kampus
untuk mendukung perjuangan wakil-wakilnya di dalam perlemen.
Dari tadi sepertinya selalu persoalan
nasional, bagaimana jika sekarang kita menyinggung persoalan kampus!?
Menurut LMND,
dalam intensitas tertentu persoalan nasional berkaitan dan saling mempengaruhi
pula (berdialektika) dengan persoalan kampus. Semisal soal SPP naik, dosen
lebih banyak mengurusi proyek ketimbang hadir mengajar, buku-buku dan transport
mahal, penggusuran-penggusuran PKL, tak lupa pula DO/skorsing pada yang
melawannya: semua adalah akibat sebuah kebijakan-kebijakan skala nasional,
yaitu kenaikan harga BBM, privatisasi kampus, dsb. LMND, tentu saja juga
memiliki program-program perjuangan yang berkaitan dengan permasalahan kampus
maupun dunia pendidikan secara umum. Detil program-program perjuangan LMND
tersebut akan diulas dalam kesempatan yang lain. Namun, untuk persoalan
demokratisasi kampus, program sejati LMND sudah jelas tertulis dalam slogannya:
Bangun Dewan Mahasiswa, Rebut Demokrasi Sejati. Ideologi LMND adalah Demokrasi
Kerakyatan. Sama seperti ideologi Papernas.
Apa itu demokrasi kerakyatan? Juga Dewan
Mahasiswa?
Demokrasi
menurut ideologi fundamentalisme yang konservatif adalah sekuler yang
menyesatkan. Itu yang sering mereka (kelompok-kelompok fundamentalis) katakan
pada semua orang. Mereka tidak paham bahwa peningkatan kualitas tenaga
produktifnya akan membimbing kesadaran manusia, tanpa indoktrinisasi melainkan
ilmiah, menuju ide demokratik. Kebangkitan bangsa Indonesia menjadi sebuah nation pun dinyawai oleh alam pikiran
demokratik para pimpinan perjuangan saat itu, 1945. Setiap orang bebas menyapa dan berteriak:
Bung! Merdeka! .. Merdeka atau Mati! Dsb. Menurut LMND, yang berharap menjadi
Pelanjut Angkatan, seluruh generasi muda selayaknya meneruskan pengorbanan
demokratik kakek atau buyut kita masa itu- yang baru meletakkan batu fondasi
bagi nation Indonesia. Semangat
Pembebasan Nasional.
Kembali pada
Demkra (Demokrasi Kerakyatan). Demkra adalah suatu bentuk demokrasi sejati yang
merupakan asas (spirit) keberadaan organisasi LMND sebagai kutub yang kiri dari
gerakan mahasiswa. LMND secara tegas mencita-citakan sebuah tatanan progresif
bagi dunia kemahasiswaan kampus- yang
termanifes dalam lembaga yang otonom sekaligus berdaulat terhadap birokrasi
kampus, yaitu: Dema atau Dewan Mahasiswa. Perkembangan ide progresif (maju)
mahasiswa, hasil dialektika ide kerakyatan seorang mahasiswa dengan situasi
kemiskinan rakyat di sekelilingnya, tak boleh ditentang, melainkan harus terus
menerus dipacu
Saat ini,
kondisi pemilihan umum (kadang diistilahkan raya) di mayoritas BEM Negeri dan
Swasta yang menjadi semakin so what githu
lhoo bagi mayoritas mahasiswanya akan dinegasikan (ditolak keberadaannya)
oleh penerapan dewan mahasiswa. Bagaimanapun, salah satu alasan gerakan
mahasiswa (yang historis) menaruh dendam pada Orde Baru tak lain adalah
pembubaran Dewan Mahasiswa oleh Mendikbud Daud Yusuf tahun 1978. Diterapkannya
secara represif kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus
(NKK/BKK) bagaikan final punch
(tonjokan pamungkas) bagi gerakan mahasiswa kampus saat itu, cerai berai.
Sebagian mahasiswa memilih demoralisasi total sedangkan lainnya berlindung di
LSM-LSM yang menjamur tahun 1980-an. Bukankah apa yang merupakan produk Orde
Baru harus kita tolak? Dan semangat yang sempat terinterupsi selama hampir 30
tahun (1978) harus kita lanjutkan?
Struktur Dema dapat
fleksibel (tergantung kesadaran) tetapi kedua pilarnya harus tetap selalu
tegak, yaitu penghargaan terhadap kebebasan berpendapat dan ketertundukan
minoritas pada mayoritas. Jika mengibaratkan organisasi sebagai layaknya pohon,
maka pucuk tertinggi (Ketua/Presiden) Dema suatu kampus harus sejajar dengan
pihak rektorat kampus tersebut. Maka, tak ada satupun kebijakan administratif
(SPP, DO, fasilitas kampus, dll) maupun akademis (kurikulum, dll) rektorat yang
tidak melibatkan dewan mahasiswa. Semisal dapam praktek saat ini, suara
mahasiswa akan memiliki posisi lebih kuat dalam Majelis Wali Amanat (untuk
BHMN-nya PTN) ataupun Yayasan (PTS). Itu keinginan LMND ke depannya untuk
mewujudkan demokrasi sejati di dalam kampus.
Apa saja aktivitas LMND selama ini?
Sebagai anggota
LMND, ada tiga kerja pokok yang harus selalu senantiasa ia lakukan, yaitu:
aksi, pendidikan, dan bacaan. Aksi atau aksi massa adalah sebuah budaya
progresif dari massa rakyat untuk memperjuangkan hak demokratiknya, yang
terinterupsi oleh otoritarian Orde Baru namun sekarang telah mulai hidup lagi
secara sporadis di tingkat akar rumput. Untuk dapat memimpinnya (tertuang di
AD-ART sebagai salah satu poin Pokok-pokok Perjuangan), setiap kader LMND
seharusnyalah mahir melakukan dan mencintai budaya aksi massa. Yang berikutnya
adalah tentang pendidikan. Sebelum berpraktek politik (kampanye, propaganda,
dan pengorganisiran) ditengah-tengah massa kampus dan massa rakyat, seorang
kader yang revolusioner wajib memiliki teori-teori yang ilmiah sebagai pisau
analisa. Teori-teori yang ilmiah tersebut (yang termuat dalam materi pendidikan
LMND) akan diperkenalkan untuk kemudian didiskusikan bersama dalam setiap
Pendidikan Anggota ataupun Kursus Politik (Kurpol) LMND. Yang ketiga adalah
tentang bacaan. Setiap manusia haruslah rajin membaca karena budaya membaca
adalah kebudayaan yang progresif bagi kemanusiaan. Dalam hal ke-LMND-an, bacaan
didefinisikan sebagai bahan-bahan/materi-materi (dapat berupa terbitan,
selebaran, pamflet, koran dsb) yang memuat tentang situasi ekonomi-politik
nasional dan internasional, pemikiran-pemikiran progresif tokoh atau kelompok
di dalam maupun luar negeri, dan juga posisi politik LMND dalam berbagai
situasi; yang harus dibaca dan didiskusikan oleh setiap anggota.
Ketika bergabung
dengan LMND, anda akan mendapat ulasan dan arahan detil tentang ketiga kerja
pokok itu. Secara prinsipnya, progresifitas dan radikalitas yang didukung oleh
kebudayaan ilmiah dan demokratik selalu ditekankan kepada seluruh mahasiswa
anggota LMND.
Sedangkan,
sebagai organisasi, LMND memiliki Tiga Tugas Mendesak/TTM (bukan Teman Tapi
Mesra) yang harus dituaikan dalam setiap kesempatan, yaitu: penggalangan front,
radikalisasi, dan perluasan struktur. Dalam praktek politik membesarkan
Papernas, ketiga hal tersebut tetap menjadi pedoman bagi LMND.
Jika ingin bergabung dengan LMND, apa
saja yang harus saya lakukan?
Dengan sepakat
pada AD-ART, program perjuangan, dan strategi taktik organisasi hasil Kongres
IV LMND di Bogor pada tanggal 6-9 April 2006, anda secara perseorangan sudah
diterima sebagai anggota LMND. Segera hubungi kontak LMND di masing-masing
kampus anda, dan mendaftarlah. Mekanisme tersebut juga berlaku bagi organisasi
yang ingin bergabung dengan LMND secara Liga. LMND menerima organisasi pemuda/mahasiswa
ataupun klub hobi (diskusi, motor, olahraga, musik, budaya, dll) untuk
bergabung dalam Liga, tanpa harus mengikis eksistensi (nama, aktivitas)
organisasi-organisasi asal tersebut, selama mereka sepakat pada hal-hal prinsip
yang tersebut di atas.
Praktek politik
mahasiswa progresif selalu dinantikan untuk pembebasan 120 juta rakyat miskin
di Indonesia. Be progresivve with joining LMND!
*Diterbitkan oleh Departemen Pendidikan
dan Bacaan Eksekutif Nasional LMND
No comments:
Post a Comment