Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi – National Student League For Democracy
(LMND), merupakan organisasi mahasiswa progresif yang didirikan
bersamaan dengan gelombang perjuangan menggulingkan rejim Orde Baru
hingga pada tuntutan penuntasan agenda reformasi; penghancuran sisa-sisa
kekuatan Orde Baru, demokratisasi dalam segala aspek politik, ekonomi
dan budaya, serta embentukan Pemerintahan Rakyat.
Pada pertengahan tahun 1998 dibentuk Front Nasional untuk Reformasi
Total (FNRT), akan tetapi, FNRT tidak sanggup mengkonsolidasi kesatuan
gerakan mahasiswa dan menyebabkan front ini bubar. Setelah itu, beberapa
komite aksi yang pernah mengambil inisiatif pendirian FNRT membentuk
aliansi baru, yaitu Aliansi Demokrasi (ALDEM) pada Agustus 1998. ALDEM
berhasil menerbitkan sebuah majalah “ALDEM” satu kali dan sukses
menggalang aksi nasional pada tanggal 14 September 1998 dengan isu Cabut
Dwifungsi ABRI. Upaya berikutnya adalah pembentukan Front Nasional
untuk Demokrasi (FONDASI) pada pertengahan Februari 1999.
Kebuntuan konsolidasi Rembuk Mahasiswa Nasional Indonesia II (RMNI
II) di Surabaya, terutama mengenai respon terhadap pemilu 1999,
mendorong FONDASI melakukan konsolidasi lanjutan pada tanggal 9-12 Juli
1999 di Bogor. Konsolidasi yang diikuti sekitar 20 komite aksi mahasiswa
dari berbagai kota bersepakat mendirikan Liga Mahasiswa Nasional untuk
Demokrasi (LMND). Sejak berdiri, LMND bersama komite aksi yang
dipayunginya aktif dalam perjuangan menuntaskan Reformasi; Menolak SI
MPR, Pengadilan terhadap Soeharto, hingga penolakan terhadap RUU PKB.
Pada tahun 2001, sebuah pertikaian di DPR melahirkan kompromi politik
dengan naiknya Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden dan
Megawati sebagai wakil presidennya. Gusdur merupakan seorang
demokrat-reformis yang bersikap gradual, terutama dalam bersikap
terhadap manuver-manuver politik yang dilakukan sisa-sisa kekuatan Orde
Baru, maupun Poros Tengah yang dirancang oleh sayap oportunis di
parlemen (PAN, Partai Keadilan, PBB, PPP, dll).
Beberapa kali Gus Dur hendak memperlihatkan sikapnya membersihkan
sisa-sisa Orde Baru, dengan mengadili Soeharto, merespon tuntutan
pembubaran Golkar, serta menghapuskan dwi-fungsi ABRI. Langkah ini
mendapat perlawanan dari kelompok reaksioner; sisa-sisa Orde Baru dan
Poros Tengah yang oportunis. Pada saat Gus Dur bergerak menghadapi
sisa-sisa Orde Baru dan berupaya mendemokratiskan kehidupan politik
mendapat tantangan dari koalisi besar sisa-sisa Orde Baru dan Poros
Tengah, maka LMND bersama beberapa kelompok radikal dari gerakan
mahasiswa, buruh, dan petani berada di garis depan pendukung Gus Dur.
Akan tetapi, sikap gradual Gus Dur menyebabkan ia tidak dapat
mengendalikan situasi, dan akhirnya tergulingkan. Reformasi akhirnya
dipukul mundur, dan kekuatan lama (sisa-sisa orde baru) merestorasi
diri. Megawati-Hamzah Haz naik menggantikan Gus Dur.
Selain mengakomodir kekuatan lama (Orde Baru dan Tentara) dan
restrukturisasi kekuasaan barunya, Megawati juga melanjutkan negosiasi
dengan IMF dan WTO, terutama untuk implementasi resep-resep neoliberal
di Indonesia. Berbagai struktur LMND bergerak di berbagai kota menentang
kenaikan harga BBM, privatisasi, dan kebijakan liberalisasi impor
perdagangan. akibatnya, aktifis LMND di berbagai kota banyak yang
ditangkap, kantor-kantor LMND diserbu oleh milisi dan preman, dan
aksi-aksi massa kami dibubarkan.Perlawanan yang dilakukan LMND bersama
sektor-sektor sosial lainnya menyebabkan rejim Mega-Haz kehilangan
kredibilitasnya di hadapan rakyat. Akan tetapi, mereka masih dapat
bertahan dan menyelenggarakan pemilu 2004.
Di tengah sengit perlawanannya terhadap Rezim yang ada, dengan
pertimbangan ekonomi-politik yang tajam, pada tahun 2003, LMND berani
mengambil tindakan politik yang berbeda dari kegamangan umum Gerakan
Mahasiswa (yang masih disekap jargon Moral Force maupun Social Movement)
saat itu, yaitu: bertemu dan berdiskusi dengan gerakan lintas sektoral
(tani, buruh, kaum miskin kota) yang progresif lain, sampai menghasilkan
keputusan politik untuk bersama-sama saling membahu, membentuk sebuah
partai politik elektoral ber-platform kerakyatan untuk merespon Pemilu
Parlemen 2004. Nama persatuan mereka saat itu adalah Partai Oposisi
Rakyat (POPOR). Meski gagal akibat sempitnya waktu untuk memenuhi
verifikasi pemilu (hanya sekitar 3 bulan), tindakan tersebut telah LMND
anggap tepat sebagai sebuah taktik politik ‘termungkin’ pada saat itu.
Gagal mengintervensi pemilu 2004, tidak menurunkan peran aktif LMND
dalam menghalau kemunculan kekuatan lama, terutama Tentara, dalam proses
pemilu 2004. LMND aktif melakukan aksi menentang militerisme dan
berkampanye kepada rakyat agar tidak memilih capres militer. kendati
demikian, kampanye populis yang dirancang Susilo Bambang Yudhoyono dan
Yusuf Kalla (SBY-JK) mengantarkan mereka memenangkan pemilu. LMND
menilai, SBY-JK berhasil memenangkan pemilu karena dukungan dari
kekuatan asing, terutama negara-negara imperialis dan korporasinya.
Hal tersebut memang terbukti benar; baru saja SBY-JK memulai
pemerintahannya, ia sudah memutuskan menaikkan harga BBM. Gelombang
protes dan perlawanan kembali muncul, dan LMND bersama
organisasi-organisasi mahasiswa lain, serta sektor-sektor organisasi
rakyat, bekerjasama membangun komite/aliansi-aliansi bersama. Lahirlah
Barisan Oposisi Bersatu (BOB), yang berjangkauan multi sektor dan cukup
pluralistik. SBY-JK berkali-kali menaikkan harga BBM, disamping getol
menjual BUMN (privatisasi) kepada pihak asing, dan menyerahkan
penguasaan mayoritas sumber daya alam kepada cengkeraman imperialisme.
Pada tahun 2006, LMND bersama beberapa sektor sosial dan organisasi
radikal membuka perdebatan untuk merumuskan strategi-taktik menghadapi
pemilu 2009. Akhirnya, LMND menjadi salah satu inisiator pendirian
Komite Persiapan Partai Elektoral, yakni KP-Papernas. Januari 2007,
akhirnya partai elektoral baru berdiri, yaitu Partai Persatuan
Pembebasan Nasional (Papernas). Terhadap penjajahan asing (imperialisme)
yang begitu nyata dalam penguasaan kekayaan alam Indonesia, terutama
sektor pertambangan. Sejak ratusan tahun, kekayaan tambang indonesia
(migas, batubara, mineral, dll) dijarah oleh asing, melalui
korporasi-korporasi raksasa mereka yang beroperasi di Indonesia.
Segelintir elit yang berdiri dibalik kepentingan korporasi asing
tersebut, menikmati dan mendapatkan jatah dari hasil tambang ini
sekaligus merupakan jaminan untuk mereka tetap berkuasa. Menghadapi ini,
LMND memperjuangkan nasionalisasi terhadap seluruh perusahaan tambang
asing yang beroperasi di Indonesia. Berkali-kali LMND melakukan aksi
massa ke kantor-kantor korporasi asing tersebut, diantaranya Exxon
(Jakarta), Inco (Makassar), Newmont (NTB), Chevron (Riau). Aksi serupa
juga digelar di kota-kota lain dengan tema yang sama; nasionalisasi
perusahaan tambang asing.
Sebagai salah satu organisasi progresif di mahasiswa, LMND
memposisikan diri anti kapitalisme dan memperjuangkan pergantian tatanan
kapitalisme yang serakah ini, dengan sebuah tatanan yang lebih
demokratis, lebih humanis, dan ekologis. Hal ini menjadi nafas dalam
azas perjuangan LMND, yakni Pancasila.
No comments:
Post a Comment